featured tulisan

KRING...KRING...KRING...ADA SEPEDA

08.23handreasstik66


Kring..kring..kring ada sepeda…
Sepedaku roda tiga…
Ku dapat dari ayah…
Karena rajin belajar…

Teringat lirik lagu #pakkasur tersebut ketika saya melihat anak saya bermain dengan sepeda barunya, lebih dalam lagi teringat pula saat dahulu orang tua memberikan motivasi kepada saya agar lebih giat belajar. Dengan belajar yang rajin maka kita akan mendapatkan nilai yang tinggi, dengan nilai yang tinggi maka kita akan mendapatkan prestasi yang baik. Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seorang anak. Anak membutuhkan dukungan dari lingkungan terdekat, seperti orangtua, guru di sekolah maupun lingkungan keluarga yang sering berinteraksi dalam kehidupan sehari - hari si anak.  Kita bukan hanya sebagai penentu aturan bagi anak, tetapi bisa lebih dari itu yaitu sebagai fasilitator dan motivatornya anak - anak. Sebagai fasilitator bahwa kita mampu memfasilitasi hal - hal yang dibutuhkan oleh anak, baik secara fisik dan mental. Sedangkan sebagai motivator, bahwa kita harus mampu menstimulasi dan memberikan motivasi kepada anak agar mereka bisa mencapai prestasi lebih dari yang sekarang (yang telah mereka raih).
Dengan perolehan pretasi tentunya akan membuat bangga orang tua. Kebanggaan orang tua ini tidaklah bisa diukur dengan materi, bahkan mungkin mereka akan melakukan apa saja untuk membuat kita bahagia dan lebih termotivasi lagi, namun terkadang kita tidak sadar betapa besar kebanggaan orang tua kita saat kita berprestasi disekolah, kita akan tersadar disaat kita mempunyai anak yang berprestasi disekolahnya, perasaan campur aduk bergelut dihati. Ada senang, terharu, cemas yang kesemuanya itu merupakan bagian mix dari kebanggaan. Saya senang melihat ketika anak saya gembira saat memegang piala prestasinya, saya terharu ketika melihat anak saya bias mencapai keberhasilannya, dan saya cemas ketika berfikir akankah anak saya dapat mempertahankan prestasinya.
Oleh karena itu saya akan berusaha untuk dapat terus memotivasi anak untuk dapat mempertahankan prestasinya, bahkan harus ditingkatkan agar kelak dapat menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa (terusan ungkapan yang sering diucapkan sebagai cita – cita). Namun daripada itu saya juga tidak akan memaksa anak untuk mendorongnya agar terus belajar, karena hal itu akan tidak baik pada masa perkembangan psikologinya, harus dalam tatanan dan takaran sesuai umur yang dianjurkan, dimana saat umur anak bermain, belajar dan bekerja, harus proporsional. Karena ini menyangkut tumbuh kembang anak.
Memberi motivasi untuk anak sekecil apapun saat anak bermain maupun belajar merupakan stimulus yang dapat meningkatkan respon anak terhadap apa yang kita inginkan dan apa yang dia kehendaki. Namun sekali lagi harus proporsional (sesuai porsinya).
Berikut ini ada beberapa cara memotivasi yang baik bagi anak yang saya peroleh ketika saya mencarinya di google dan semoga dapat berguna bagi kita semua :
1.     Mengakui prestasi yang diperoleh anak
Kita harus memberi penghargaan atas prestasi yang diperoleh anak. Sekecil apapun penghargaan itu yakinlah akan membangkitkan motivasi mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih besar lagi. Misalnya ketika anak berhasil memakai baju sendiri, tetapi terbalik. Jangan anggap remeh prestasi mereka, apalagi sampai berkomentar yang merendahkan mereka “Gini saja kok gak bisa sih!”, “katanya bisa pakai baju sendiri, kok gini aja kebalik ?”.
Anak yang baru berhasil belajar memakai baju sendiri, bukanlah hal yang mudah. Komentar bijaksana, seperti “Ayo, Nak. Sedikit lagi kamu pasti bisa pakai baju sendiri.”  Membuat anak merasa dihargai usahanya dan mendapat dukungan orang tuanya untuk melakukan prestasi yang lebih dari itu. Bila mereka berhasil memakai baju dengan sempurna, tidak terbalik lagi, ini merupakan satu prestasi lain yang berhasil mereka lakukan.
2.     Jangan membandingkan anak dengan orang lain
Hindari memotivasi dengan cara membandingkan prestasi anak dengan prestasi temannya. Misalnya “Tuh, contoh dong si Fadel.. dia saja bisa dapat A, … masa kamu nggak..” Kalimat - kalimat seperti ini dapat langsung menjatuhkan mental anak.  Bila kita mau membuat perbandingan, bandingkanlah si anak dengan diri mereka sendiri. Misalnya, “kemarin kamu berhasil mendapat A, kok sekarang nggak ya ?” Jadi yang dibandingkan adalah ia dengan dirinya saat berprestasi bukan dengan prestasi orang lain sehingga tidak akan tersinggung.
3.     Jangan mengklaim prestasi anak sebagai hasil kerja orang tua
Ketika anak mendapatkan nilai bagus di sekolah, seringkali orang tua mengatakan “Anaknya siapa dulu dong… Anak Mama…” Seolah prestasi itu bukan merupakan hasil karya dan kerja keras si anak, tetapi karena “Anak Mama.”
4.     Bertanyalah ketika anak tidak berprestasi
Ketika anak sedang tidak berprestasi sebaiknya orang tua tidak memberi nasihat tetapi bertanya dan mendengarkan jawaban mereka. Misalnya ketika nilai anak turun, orang tua bisa bertanya “kenapa ya, nilai Rafa turun?”. Bila anak tidak mau menjawab, jangan dipaksa. Tunggulah saat yang tepat, misalnya ketika si anak sedang santai. Kita bisa bertanya lagi untuk hal yang sama. Mencobalah untuk empati dengan apa yang mereka ceritakan agar kita benar - benar tahu permasalahannya. Ketika anak sedang bercerita sebaiknya jangan dipotong atau memberikan komentar seperti “Ah, itu sih bias - bisanya kamu aja”, “kamu ngeles ya ?”, atau “Kalau itu, karena kamunya aja yang malas.”
Jadikan posisi kita sebagai orang tua yang siap membantu atas permasalahan anak bukan hanya sekedar mengatur atau mendikte mereka saja. Kalau mereka sudah selesai bercerita, kita bisa tanyakan “Apa yang bisa mama bantu, Nak ?” atau libatkan peran mereka untuk bisa berpendapat dan mengeluarkan idenya atas kasus yang dialami oleh si anak itu sendiri, misalnya dengan menanyakan, “Lalu menurut kamu bagaimana solusi yang terbaik ya sayang ?”
Bila si anak minta nasihat dari kita, barulah kita bisa sharing, berbagi pengalaman dengan memberikan contoh - contoh masalah yang pernah kita alami pada masa kecil.  Kita juga bisa memberikan contoh pengalaman orang lain yang pernah mengalami hal serupa dengan anak kita.
5.     Membuat surat rahasia
Untuk memberikan motivasi anak, kita bisa membuat surat rahasia yang hanya diketahui oleh orangtua dan anaknya. Misalnya, “Nak, Mama mempunyai surprise untuk kamu, mama telah meletakkan sebuah surat di bawah bantal tidurmu, yang tahu isinya hanya mama dan kamu, nanti sebelum tidur kamu baca ya”.   Isi surat tersebut bisa berupa kalimat penyemangat dan pujian untuk mereka berkaitan dengan kegiatan belajar dan sekolahnya.
6.     Tidak memotivasi berlebihan
Anak yang sudah termotivasi, memiliki efek tekanan yang tinggi. Semakin dimotivasi, semakin tinggi beban yang ia tanggung. Hal ini justru akan mengganggu prestasinya. Oleh karena itu sebaiknya orang tua tidak perlu memotivasi lagi bila kondisi anak sudah termotivasi agar mereka tidak merasa terbebani. Misalnya “Ma, aku ingin dapat nilai 100.” Mintalah mereka untuk lebih santai, “Tenang saja Nak, kalau dapat 100 bagus, kalau nggak juga nggak apa-apa.” Dengan begitu anak akan lebih merasa nyaman dan tetap termotivasi.

Referensi :
http://www.bimba-aiueo.com/memotivasi-anak-agar-lebih-berprestasi/

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Flickr Images

Formulir Kontak