Kring..kring..kring ada
sepeda…
Sepedaku roda tiga…
Ku dapat dari ayah…
Karena rajin belajar…
Teringat lirik lagu #pakkasur
tersebut ketika saya melihat anak saya bermain dengan sepeda barunya, lebih
dalam lagi teringat pula saat dahulu orang tua memberikan motivasi kepada saya
agar lebih giat belajar. Dengan belajar yang rajin maka kita akan mendapatkan
nilai yang tinggi, dengan nilai yang tinggi maka kita akan mendapatkan prestasi
yang baik. Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi
seorang anak. Anak membutuhkan dukungan dari lingkungan terdekat, seperti
orangtua, guru di sekolah maupun lingkungan keluarga yang sering berinteraksi
dalam kehidupan sehari - hari si anak. Kita
bukan hanya sebagai penentu aturan bagi anak, tetapi bisa lebih dari itu yaitu
sebagai fasilitator dan motivatornya anak - anak. Sebagai fasilitator bahwa
kita mampu memfasilitasi hal - hal yang dibutuhkan oleh anak, baik secara fisik
dan mental. Sedangkan sebagai motivator, bahwa kita harus mampu menstimulasi dan
memberikan motivasi kepada anak agar mereka bisa mencapai prestasi lebih dari
yang sekarang (yang telah mereka raih).
Dengan perolehan pretasi
tentunya akan membuat bangga orang tua. Kebanggaan orang tua ini tidaklah bisa
diukur dengan materi, bahkan mungkin mereka akan melakukan apa saja untuk
membuat kita bahagia dan lebih termotivasi lagi, namun terkadang kita tidak
sadar betapa besar kebanggaan orang tua kita saat kita berprestasi disekolah,
kita akan tersadar disaat kita mempunyai anak yang berprestasi disekolahnya,
perasaan campur aduk bergelut dihati. Ada senang, terharu, cemas yang
kesemuanya itu merupakan bagian mix dari kebanggaan. Saya senang melihat ketika
anak saya gembira saat memegang piala prestasinya, saya terharu ketika melihat
anak saya bias mencapai keberhasilannya, dan saya cemas ketika berfikir akankah
anak saya dapat mempertahankan prestasinya.
Oleh karena itu saya akan
berusaha untuk dapat terus memotivasi anak untuk dapat mempertahankan
prestasinya, bahkan harus ditingkatkan agar kelak dapat menjadi anak yang
berguna bagi nusa dan bangsa (terusan ungkapan yang sering diucapkan sebagai
cita – cita). Namun daripada itu saya juga tidak akan memaksa anak untuk
mendorongnya agar terus belajar, karena hal itu akan tidak baik pada masa perkembangan
psikologinya, harus dalam tatanan dan takaran sesuai umur yang dianjurkan,
dimana saat umur anak bermain, belajar dan bekerja, harus proporsional. Karena
ini menyangkut tumbuh kembang anak.
Memberi motivasi untuk anak
sekecil apapun saat anak bermain maupun belajar merupakan stimulus yang dapat
meningkatkan respon anak terhadap apa yang kita inginkan dan apa yang dia
kehendaki. Namun sekali lagi harus proporsional (sesuai porsinya).
Berikut ini ada beberapa
cara memotivasi yang baik bagi anak yang saya peroleh ketika saya mencarinya di
google dan semoga dapat berguna bagi kita semua :
1. Mengakui
prestasi yang diperoleh anak
Kita
harus memberi penghargaan atas prestasi yang diperoleh anak. Sekecil apapun
penghargaan itu yakinlah akan membangkitkan motivasi mereka untuk melakukan hal-hal
yang lebih besar lagi. Misalnya ketika anak berhasil memakai baju sendiri,
tetapi terbalik. Jangan anggap remeh prestasi mereka, apalagi sampai
berkomentar yang merendahkan mereka “Gini saja kok gak bisa sih!”, “katanya
bisa pakai baju sendiri, kok gini aja kebalik ?”.
Anak
yang baru berhasil belajar memakai baju sendiri, bukanlah hal yang mudah.
Komentar bijaksana, seperti “Ayo, Nak. Sedikit lagi kamu pasti bisa pakai baju
sendiri.” Membuat anak merasa dihargai
usahanya dan mendapat dukungan orang tuanya untuk melakukan prestasi yang lebih
dari itu. Bila mereka berhasil memakai baju dengan sempurna, tidak terbalik
lagi, ini merupakan satu prestasi lain yang berhasil mereka lakukan.
2. Jangan
membandingkan anak dengan orang lain
Hindari
memotivasi dengan cara membandingkan prestasi anak dengan prestasi temannya. Misalnya
“Tuh, contoh dong si Fadel.. dia saja bisa dapat A, … masa kamu nggak..”
Kalimat - kalimat seperti ini dapat langsung menjatuhkan mental anak. Bila kita mau membuat perbandingan, bandingkanlah
si anak dengan diri mereka sendiri. Misalnya, “kemarin kamu berhasil mendapat
A, kok sekarang nggak ya ?” Jadi yang dibandingkan adalah ia dengan dirinya saat
berprestasi bukan dengan prestasi orang lain sehingga tidak akan tersinggung.
3. Jangan
mengklaim prestasi anak sebagai hasil kerja orang tua
Ketika
anak mendapatkan nilai bagus di sekolah, seringkali orang tua mengatakan
“Anaknya siapa dulu dong… Anak Mama…” Seolah prestasi itu bukan merupakan hasil
karya dan kerja keras si anak, tetapi karena “Anak Mama.”
4. Bertanyalah
ketika anak tidak berprestasi
Ketika
anak sedang tidak berprestasi sebaiknya orang tua tidak memberi nasihat tetapi
bertanya dan mendengarkan jawaban mereka. Misalnya ketika nilai anak turun,
orang tua bisa bertanya “kenapa ya, nilai Rafa turun?”. Bila anak tidak mau
menjawab, jangan dipaksa. Tunggulah saat yang tepat, misalnya ketika si anak
sedang santai. Kita bisa bertanya lagi untuk hal yang sama. Mencobalah untuk
empati dengan apa yang mereka ceritakan agar kita benar - benar tahu
permasalahannya. Ketika anak sedang bercerita sebaiknya jangan dipotong atau
memberikan komentar seperti “Ah, itu sih bias - bisanya kamu aja”, “kamu ngeles
ya ?”, atau “Kalau itu, karena kamunya aja yang malas.”
Jadikan
posisi kita sebagai orang tua yang siap membantu atas permasalahan anak bukan
hanya sekedar mengatur atau mendikte mereka saja. Kalau mereka sudah selesai
bercerita, kita bisa tanyakan “Apa yang bisa mama bantu, Nak ?” atau libatkan
peran mereka untuk bisa berpendapat dan mengeluarkan idenya atas kasus yang
dialami oleh si anak itu sendiri, misalnya dengan menanyakan, “Lalu menurut
kamu bagaimana solusi yang terbaik ya sayang ?”
Bila
si anak minta nasihat dari kita, barulah kita bisa sharing, berbagi pengalaman
dengan memberikan contoh - contoh masalah yang pernah kita alami pada masa
kecil. Kita juga bisa memberikan contoh
pengalaman orang lain yang pernah mengalami hal serupa dengan anak kita.
5. Membuat
surat rahasia
Untuk
memberikan motivasi anak, kita bisa membuat surat rahasia yang hanya diketahui
oleh orangtua dan anaknya. Misalnya, “Nak, Mama mempunyai surprise untuk kamu,
mama telah meletakkan sebuah surat di bawah bantal tidurmu, yang tahu isinya
hanya mama dan kamu, nanti sebelum tidur kamu baca ya”. Isi surat tersebut bisa berupa kalimat
penyemangat dan pujian untuk mereka berkaitan dengan kegiatan belajar dan
sekolahnya.
6. Tidak
memotivasi berlebihan
Anak
yang sudah termotivasi, memiliki efek tekanan yang tinggi. Semakin dimotivasi,
semakin tinggi beban yang ia tanggung. Hal ini justru akan mengganggu
prestasinya. Oleh karena itu sebaiknya orang tua tidak perlu memotivasi lagi
bila kondisi anak sudah termotivasi agar mereka tidak merasa terbebani.
Misalnya “Ma, aku ingin dapat nilai 100.” Mintalah mereka untuk lebih santai, “Tenang
saja Nak, kalau dapat 100 bagus, kalau nggak juga nggak apa-apa.” Dengan begitu
anak akan lebih merasa nyaman dan tetap termotivasi.
Referensi :
http://www.bimba-aiueo.com/memotivasi-anak-agar-lebih-berprestasi/
0 komentar