PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN |
PENTINGNYA MOTIVASI UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA PERSONIL POLRI
I.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Personil Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) merupakan salah satu sumber daya yang penting terhadap peran
dan kedudukannya dalam organisasi Kepolisian. Oleh karena itu, Polri harus mampu
memberikan pelayanan secara maksimal kepada 237 juta warga/ penduduk Indonesia dengan
berbagai dinamika kehidupan dan karakteristiknya. Dengan keterbatasan rasio
jumlah personil Polri dan masyarakat, maka Polri memikul tanggung jawab yang besar
kepada warga negara Indonesia untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik. Untuk itu, optimalisasi kinerja Polri menjadi syarat penting agar
tugas-tugas kepolisian tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
Untuk
mencapai suatu kinerja yang positif tersebut maka diperlukan motivasi (motivation)
dan kemampuan (capability) dalam menyelesaikan pekerjaannya oleh karena kinerja
yang dicapai anggota apabila kurang mendapat perhatian, maka akan berakibat
pada hal-hal yang tidak diinginkan, salah satu contohnya yaitu hasil kerja
anggota yang tidak/ belum maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis
tertarik untuk membahas mengenai PENTINGNYA MOTIVASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
PERSONIL POLRI.
Rumusan
Permasalahan
Permasalahan yang akan dikembangkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Permasalahan yang akan dikembangkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah
yg dimaksud dgn motivasi dan kaitannya dgn produktifitas anggota Polri
?
2. Bagaimanakah
cara memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja personil Polri ?
II.
ANALISIS
Motivasi Dan Kaitannya
Dengan Produktifitas Anggota Polri
Motivasi merupakan kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan
individual.[1]1) Teori Y. Douglas McGregor mengemukakan
bahwa manusia pada dasarnya memiliki dasar yang berbeda, ada yang positif dan
negatif. Dasar manusia yang positif ditandai dengan Teori Y.[2]2) McGregor mendaftar empat pengandaian
positif yang disebutnya teori Y : (a) karyawan dapat memandang bahwa kerjasama
sewajarnya seperti istirahat atau bermain; (b) orang-orang akan menjalankan
pengarahan-diri dan pengawasan-diri jika mereka komit pada sasaran; (c)
rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan, tanggung
jawab; (d) kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif (pembaruan) tersebar
meluas dalam populasi dan tidak hanya milik dari mereka yang berada dalam
posisi manajemen. Dalam implementasinya
seorang pimpinan Polri harus dapat menggunakan sumber daya manusia di
kesatuannya dengan melihat karakter dan kemampuan personilnya. Misalnya dalam
penunjukan tugas tertentu harus dilakukan atas the right man on the right job.
Teori kebutuhan McClelland. Teori ini
memfokuskan pada tiga kebutuhan : prestasi (achievement),
kekuasaan (power) dan afiliasi
(pertalian).[3]
Kebutuhan ini ditetapkan sebagai berikut : (a) kebutuhan akan prestasi :
dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan perangkat standar dan
bergulat untuk sukses; (b) kebutuhan akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat
orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa)
akan berperilaku demikian; (c) kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk
berhubungan antar-pribadi yang ramah dan akrab.
Pendekatan motivasi dapat dilakukan
terhadap hal yang berhubungan dengan pengusahaan pemuasan kebutuhan manusia.
Menurut Stephen P. Robbin yang diadaptasi dari Abraham Maslow pada tahun 1954.
Ia menyatakan bahwa manusia mempunyai berbagai keperluan dan mencoba mendorong
untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa
tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk memenuhi kepuasan
diri dan bergerak memenuhi keperluan tersebut. Lima hierarki keperluan mengikut
Maslow (1954) adalah kebutuhan: (1) fisiologis: antara lain rasa lapar, haus,
perlindungan (pakaian dan perumahan), sex dan kebutuhan ragawi lain, (2)
Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan
emosional, (3) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik, dan
persahabatan, (4) Penghargaan : mencakup faktor rasa hormat internal seperti
harga-diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor hormat eksternal seperti status,
pegakuan, dan perhatian.(5) Aktualisasi-diri: dorongan untuk menjadi apa yang
ia mampu menjadi; mencakup pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan
diri. 4) Agar motivasi tersebut dapat muncul
dan timbul pada personil polri maka pimpinan diharapkan dapat memperhatikan
pengusahaan pemuasan kebutuhan tiap personil sehingga personil dalam
melakukukan berbagai tugas yang harus dilakukannya tersebut dapat dilaksanakan
secara maksimal.
Motivasi memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan produktivitas dan unsur peran pimpinan dalam setiap hierarki
sangat menentukan oleh karena itu bentuk dan kepemimpinan sangat menentukan di
dalamnya. Dalam suatu organisasi seorang pemimpin dapat melakukan
berbagai cara dalam kegiatan
mempengaruhi atau memberi motivasi orang lain atau bawahan agar
melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Terdapat
empat pola perilaku kepemimpinan yang lazim disebut gaya kepemimpinan yaitu
perilaku instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif Perilaku
kepemimpinan tersebut masing-masing memiliki ciri-ciri pokok,5) yaitu
: (1) perilaku instruktif, komunikasi satu arah, pimpinan membatasi peranan
bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab
pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat, (2) perilaku
konsultatif., pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta
menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan
supportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan
tentang pengambilan keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi
pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin, (3) perilaku partisipatif; kontrol
atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan dan bawahan
seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin
mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalarn
pemecahan dan pengarnbilan keputusan makin bertambah, (4) perilaku delegatif,
pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya
mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya.
Robert House dengan teori disebut The Path goal
theory dalam Abi Sujak 6)
mengemukakan pada teori "pengharapan" dalam motivasi yang mengatakan
bahwa orang akan termotivasi oleh dua harapan berupa kemampuannya untuk
mengerjakan suatu tugas dan rasa percayanya bahwa jika pegawai tersebut dapat
mengerjakan tugas dengan baik akan memperoleh hadiah yang berharga bagi
dirinya. Menurut House, bila pemimpin memberi dorongan yang lebih besar
terhadap pemenuhan harapan tersebut, maka semakin besar pula prestasi yang akan
diperoleh para pegawainya. Dengan kata lain bahwa Kepemimpinan Polri dalam
setiap hierarkisnya harus dapat menerapkan bentuk kepemimpinan yang dapat
memberikan
Cara Memberikan Motivasi Untuk
Meningkatkan Kinerja Personil Polri
Kinerja yang dapat berarati performance
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”7)
Kemudian mengenai kinerja (performance) diartikan pula oleh Simamora8) yaitu merupakan suatu pencapaian
persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin
keluaran yang dihasilkan.
Kinerja dalam organisasi Polri
merupakan hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/ sasaran. Menurut Mangkunegara9), istilah kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Jadi dengan demikian kinerja (performance) adalah suatu hasil
yang telah dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang dilaksanakan
secara legal, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya. Bagi Organisasi Kepolisian kinerja yang
dihasilkan dalam bentuk fungsi sebagai
pelayanan keamanan kepada individu, komuniti (masyarakat setempat), dan
negara. Pelayanan keamanan tersebut bertujuan untuk menjaga, mengurangi rasa
ketakutan dari ancaman dan gangguan serta menjamin keamanan di lingkungannya
secara berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas yang
dilayaninya
Metodologi merupakan sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga
merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan
suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan,
juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami
dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan
penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya
dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Dalam hal makalah ini
penulis menggunakan metode kualitatif eksploratif.
IV. KESIMPULAN
- Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan dalam organisasi Polri, merupakan kemampuan dari seorang
pimpinan dalam memengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam suatu, sehingga
fungsi dari kepemimpinan secara garis besar yaitu memengaruhi dan menggerakkan
orang lain dalam suatu organisasi agar mau melakukan apa yang dikehendaki
seorang pemimpin guna tercapainya tujuan. Sedangkan syarat seorang
pemimpin yaitu harus memiliki kemampuan dasar berupa technical skills,
human skil, dan conceptual skill, serta pengetahuan dan keterampilan
profesional.
- Untuk dapat mencapai tujuan organisasi maka sumber daya yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang dapat berprestasi maksimal. Apabila prestasi atau kinerja kerja yang dicapai personel kurang mendapat perhatian, akan dapat berakibat pada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti hasil kerja yang tidak maksimal. Oleh karena itu, kinerja perlu mendapat perhatian dan diketahui, baik oleh pekerja yang bersangkutan maupun oleh pimpinannya untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Selain itu, prestasi kerja karyawan yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Untuk itu, pimpinan harus benar-benar memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah faktor motivasi, kepuasan kerja, kondisi fisik pekerjaan, dan kemampuan kerja karyawan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sujak, Abi. (1996). Kepemimpinan Manajer. Rajawali Pers.
Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu.
(2001). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Rosdakarya: Bandung.
A.R, Artoyo. 1986. Pengadaan
dan Pembinaan Tenaga Kerja Perusahaan. : Penerbit Balai Pustaka Jakarta.
Djamin, Awaloedin et. All.
(1995). Manajemen Sumber Daya Manusia, Sanyata Sumnasa Wira,
Sespim Polri, Mandira Buana Jakarta.
Simamora, Hendry. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN, Yogjakarta.
Hasibuan, Malayu, S.P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Aksara: Jakarta.
Robbins, Stephen P. (1998). Organizational Behaviour.
Alih bahasa: Hadyana Pujaatmaka, Prenhallindo,
Jakarta.
Prawirosentono, Suyadi. (1999). Manajemen Sumberdaya manusia (Kebijakan Kinerja Karyawan). BPFE:
Jogjakarta.
Undang-undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan
Motivasi. Jakarta: Galia Indonesia, 1996.
Moore Lori L. et. All. (Summer 2010). Using Achievement Motivation Theory to
Explain Student Participation in a Residential Leadership Learning Community.
Volume 9, Issue 2.
Devadass, Rajeswari. (2011). Employees Motivation in Organizations: An
integrative literature review. vol.10 (2011).
4) Ibid, hlm.
168
5) Wahjosumidjo, Kepemimpinan
dan Motivasi, Jakarta : Galia Indonesia , 1996
hlm 449-450
6) Abi Sujak, Kepemimpinan
Manajer, Jakarta :RajawaliPers,
1996, hlm. 100
7) Suyadi Prawirosentono, Manajemen
Sumberdaya manusia (Kebijakan Kinerja Karyawan) BPFE, Jogjakarta , 1999 hlm.2
8) Hendry Simamora, Manajemen Sumber Daya
Manusia, STIE YKPN, Yogjakarta, 1995, hlm 327
9) Anwar Prabu Mangkunegara Manajemen
Sumber Daya Manusia, Rosdakarya Bandung, 2001 hlm. 67
11) Hasibuan, Malayu,
S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Cetakan Kelima Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Hlm. 87
12) Artoyo, A.R.. Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Kerja Perusahaan. Jakarta : Penerbit
Balai Pustaka, 1986, hlm. 65
0 komentar